Tere Liye

Bismillahirrahmanirrahim…

Beberapa minggu yang lalu, saya mengunjungi halaman FP Tere Liye, sudah lama rasanya tidak berkunjung. Dahulu, hampir setiap membuka halaman FB, selalu quote dari Bang Tere yang mengisi Timeline di FB (atau bisa jadi karena off beberapa bulan dengan medsos, membuat timeline FB berubah komposisi, hehehe)..

Apa yang terbaru dari laman Tere Liye??

Ternyata, novel series Bumi sudah kembali rilis. Luar biasanya, saya malah sudah ketinggalan 2 episode sekaligus. Komet dan Komet Minor..

Adakah penggemar Tere Liye yang belum pernah membaca Serial Raib, Seli, dan Ali?

Oke, kita mundur ke belakang dahulu..

Serial Pertamanya, Bumi terbit Januari 2014. Sudah lima tahun yang lalu! Ketika awal membaca buku ini, saya berpikir kalau Bang Tere akan membuat novel ini menjadi empat novel saja, Bumi, Bulan, Matahari, dan Bintang. Akan tetapi, ketika tahun lalu Bang Tere sempat berhenti menerbitkan bukunya, saya malah menemukan novel lanjutan Bang Tere di medsos. Salah satunya Ceros dan Batozar yang merupakan novel Spin off dari Bang Tere.

Jika sudah banyak orang yang meresensi bahkan membuat sinopsis buku-buku Tere Liye, maka saya akan mencoba melihat 3 buku baru Tere Liye ini dari sudut yang berbeda. Gak asyik kalau pembaca sudah mengetahui akhir sebuah cerita tanpa membaca novelnya langsung! ^__^

Saya termasuk orang yang ketinggalan mengikuti karya-karya Tere Liye. Mengenalnya bahkan ketika bukunya telah difilmkan. Sempat underestimate dengan beliau karena dikira Tere Liye adalah penulis buku-buku sejenis teenlit. Akan tetapi, saya beranikan diri membaca novel Tere Liye milik sahabat saya, maka, sejak itu saya langsung jatuh cinta!

Iya, jatuh cinta! Jatuh cinta berkali-kali dengan karya beliau. Beliau mungkin termasuk penulis Indonesia yang genius, bisa menulis bermacam-macam genre tapi tetap mempertahankan ciri khas pada setiap novelnya! Pribadi yang unik. Lihatlah, telah berapa kali beliau membuat geger medsos dengan statement-statementnya bernada nyinyir. Bahkan ada para haters yang begitu tak suka dengan beliau karena menganggap beliau egois yang sangat menghindari debat di halaman FPnya. Gayanya yang cuek, tapi tetap bersahaja. Tak pantang mundur jika dia telah meyakini sesuatu, dan percayalah, setiap keputusan yang Bang Tere ambil, saya yakin telah berdasarkan hasil riset dan pengamatan yang matang.

Lihatlah, ketika beliau memutuskan untuk menulis Novel Fantasi Remaja tentang dunia antar-klan, siapa yang dapat menebaknya sebelumnya? Saya kira, kejutan-kejutan dari novel Tere Liye telah berakhir dengan novel-novelnya terdahulu. Tapiiii, ternyata Bang Tere tak terhentikan! Serial ini berkisah tentang petualangan tiga sahabat. Raib bisa menghilang. Seli bisa mengeluarkan petir. Dan Ali bisa melakukan apa saja. Serial ini juga berkisah tentang persahabatan yang mengharukan, pengorbanan yang tulus, keberanian, dan selalu berbuat baik.

Beliau seperti tidak kehabisan ide untuk menulis. Mencoba genre lain menembus batas-batas kebiasannya. Jika dulu beliau berhasil lompat dari penulis kolom Ekonomi-Politik di Koran menjadi seorang Penulis Novel, maka Serial Bumi ini makin mengukuhkan eksistensinya sebagai penulis cerdas. Bacalah awal-awal buku Bumi, maka mungkin akan mengira bahwa tak ada yang spesial pada buku tersebut. Tapi, itu cuma akan bertahan sebentar, setelah itu novel tersebut akan pantang untuk dilepas sebelum tuntas dilahap hingga paragraf akhir.

Membaca lanjutan dari serial ini, seakan mengingatkan saya dengan penulis novel Fantasi lainnya, seperti JK Rowling dengan Harry Potternya, atau Dewi ‘Dee’ Lestari dengan serial Supernovanya. Akan tetapi, lagi-lagi, Bang Tere membuatnya jauh berbeda. Jika Harry Potter hidup di negeri sihir, atau Dee membuat novelnya bergenre dewasa, maka Bang Tere membuat ceritanya untuk semua usia dengan latar belakang yang sangat Indonesia. Beliau bisa membuat novelnya dinikmati semua kalangan tapi tetap menjadi sebuah novel yang menarik. Bahkan, seorang Kakak pernah berkata kepada Saya, “Cara menikmati novel Tere Liye, bergantung kepada tingkat pemahaman pembacanya. Jika membaca novel Tere Liye hanya sekedar bacaan novel biasa, maka itu akan menjadi sebuah cerita fiksi yang luar biasa, tetapi, jika memahaminya dengan pemahaman filsafat, maka novel tersebut akan menjadi bacaan yang berat yang syarat akan makna”.

Pun, begitu juga dengan serial Bumi ini, ketika membaca dan memahami kisah antar-klan, saya membayangkan bagaimana Bang Tere bisa mendapatkan ide tersebut? Bahwa di tempat kita sekarang tinggal, bisa jadi ada negeri atau makhluk lain yang hidup bersama kita. Apakah sesungguhnya dalam kehidupan nyata juga seperti itu? Beliau dengan bahasanya yang sederhana, membuat kita berpikir ulang dan meresapi lagi kehidupan yang kita jalani setiap harinya.

Buku ke 4,5 dari serial Bumi adalah Ceros dan Batozar. Novel ini tidak memiliki hubungan langsung dengan cerita utama Raib, Seli, dan Ali, tetapi, novel ini memiliki peranan penting dalam cerita lanjutan perjalanan mereka. Kisah bagaimana mereka bertemu dengan dua saudara dari Klan Aldebaran dan kisah tentang Batozar, Sang Pengintai. Bang Tere membuat kita takjub dengan imajinasinya yang luar biasa tentang klan baru yang tidak terdeteksi sebelumnya, atau ternyata teknik pertarungan Raib, Seli, dan Ali masih bisa berkembang, tapi, tak lupa, Bang Tere selalu menyelipkan petuah-petuahnya pada setiap novelnya..

Tapi hari ini, Kawan, seluruh kekecewaan itu telah dipulihkan. Hari ini kami ternyata keliru besar. Terima kasih, Ali. Kami tahu sekarang, masih ada orang-orang dengan ketulusan bersedia mengorbankan diri demi sahabat. Kalian masih muda, tapi telah menunjukkan kekuatan besar di dunia paralel. Ketahuilah, bukan teknik bertarung, bukan menghancurkan gunung-gunung kekuatan terbaik di dunia paralel, melainkan persabatan. Selalu berusaha menjadi orang yang baik dan berani”, (Ceros dan Batozar, 124).

Kemudian, pada novel Komet, lagi-lagi kita diajak oleh Tere Liye menyelami fantasinya dengan lebih liar. Munculnya dunia paralel lain dari tempat yang tidak terbayangkan dari cerita-cerita sebelumnya. Kekuatan persahabatan mereka lagi-lagi diuji, bagaimana mereka saling melengkapi satu dangan lainnya. Kisah ini menghadirkan tokoh-tokoh baru dalam ceritanya, seperti Paman Kay, Bibi Nay, Max, kembaran-kembarannya Paman Kay pada setiap Pulau yang mereka datangi, Pulau Senin, Pulau Selasa, Pulau Rabu, hingga Pulau Sabtu. Tentu saja, masih ada tokoh-tokoh pada kisah sebelumnya, seperti Selena, Faar, Laksamana Laar, dan jangan lupakan SI Tanpa Mahkota yang mengingatkan kita pada Lord Voldemort di Harry Potter. Terkadang ketika membaca novel ini, saya sempat terpikir, sepertinya ini novel fantasi yang banyak sekali petuah-petuah kehidupan di dalamnya.

“Kita tidak akan pernah mencuri, Ali! Bahkan kalaupun itu hanya sebutir apel. Bagaimana jika yang punya datang dan menemukan bungkusan miliknya hilang? Bagaimana jika dia juga kelaparan? Aku memilih mati kelaparan daripada mencuri”, (Komet, 86).

“… kita sibuk sekali mengurus masalah si Tanpa Mahkota, mengurus nasib seluruh dunia paralel, si Tanpa Mahkota begini, si Tanpa Mahkota begitu, …. Tapi kita lupa, justru hidup ini datang dari hal-hal kecil…. Hanya karena masalahnya terlalu kecil, lalu kita abaikan, begitu? Semua orang hendak menyelamatkan dunia, tapi siapa yang bersedia mencari boneka itu? Jika memang begitu dunia ini bekerja, aku lebih baik berhenti mencari pulau dengan tumbuhan aneh itu. Petualangan kita tidak ada gunanya”, (Komet, 161).

“… Fokuslah pada yang separuh itu, jangan menyesali yang lain. Aku tahu perasaanmu, Nak. Ketahuilah, dalam hidup ini, kadang kita melakukan sembilan puluh sembilan kebaikan, lantas tidak sengaja melakukan satu keburukan. Kita kadang lebih fokus pada satu keburukan tersebut, lupa betapa banyak yang telah kita lakukan”, (Komet, 271).

Terakhir, serial Bumi ini, yang terbit pada awal Tahun 2019 adalah Komet Minor. Akhir dari pertarungan melawan si Tanpa Mahkota. Pertarungan berakhir di Klan Komet Minor, tempat aliansi Para Pemburu pernah dibentuk, dan pusaka hebat pernah diciptakan. Dalam saga terakhir melawan si Tanpa Mahkota ini, mereka menemukan sekutu dan guru yang hebat. Bersama-sama mereka melewati berbagai rintangan, memahami banyak hal, berlatih teknik baru, dan bertarung bersama-sama. Inilah kisah mereka tentang persahabatan sejati, tentang pengorbanan, tentang ambisi, tentang memaafkan.

Lagi-lagi, saya jatuh cinta dengan cara Bang Tere bercerita. Beliau mengajarkan tentang pemahaman hidup dengan cara sederhana dan berterima melalui aksi-aksi heroik para tokohnya. Harusnya, menurut saya, novel serial Bumi ini, menjadi bacaan anak-anak serta para remaja dalam belajar budi pekerti atau sekarang lebih dikenal dengan pendidikan karakter tapi dengan bahasa yang tidak membosankan serta banyak aksi di dalamnya! Oh ya, jangan lupakan sindiran-sindiran khas Tere Liye di novel ini.

“Apa pun makanan yang tersedia, kamu makan saja, bukan mengomentarinya. Apalagi kamu sampai sibuk foto-foto. Itu norak sekali, seperti penduduk klan kalian yang suka pamer sedang makan apa…”, (Komet Minor, 92)

Naaaah, buat sahabat-sahabat yang rindu novel aksi-fantasi syarat nilai-nilai kehidupan yang gak merusak generasi bangsa, wajib baca novel ini. Meski sepertinya Bang Tere main-main dalam membuat ceritanya, tapi sungguh, serial ini sayang untuk dilewatkan. Tapiii, ingat ya kata Bang Tere, buku-buku beliau itu cuma menjadi list ke-10 yang mesti dibaca, bacaan wajib adalah kitab suci, buku pelajaran..

*gak sabar nunggu serial ini difilmkan..

Categories: Uncategorized | Tinggalkan komentar

Navigasi pos

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.